Memelihara Ular
Posted by carabudidaya.com in lain-lain
Ular
bertubuh gilik (kecil dan bulat memanjang), hampir tidak ada batas
antara kepala, leher, dada, perut, pinggul, sampai ekor. Matanya bulat
dan relatif besar. Pelupuk matanya tidak berkedip. Ia memiliki lubang
telinga, tetapi tanpa daun telinga.
Hewan ini tidak mempunyai kaki. Seluruh tubuhnya dibungkus oleh kulit halus, elastis, dan bersisik mengkilap.
Di habitat aslinya, ular dapat hidup di tanah, pohon, liang dalam
tanah, sampai perairan tawar maupun asin (laut). Ular terdapat di
seluruh wilayah dunia, kecuali benua Antartika. Menurut para ahli
biologi, di Kepulauan Hawai, Eslandia, Selandia Baru, dan Irlandia pun
terdapat ular (nature snakes) meskipun bukan hewan asli wilayah itu.
Sebelum melanjutkan baca, lihat-lihat dulu deh gambar-gambar eksotik ini….
A. Daya Tarik Ular
Yang menjadi daya tarik:
- mampu menangkap dan menelan mangsa yang cukup besar
- mampu melilit dan melingkar
- memiliki lidah yang panjang
1. Kulitnya mengembang elastis
Seluruh tubuh ular dibalut kulit yang elastis sehingga pergerakan
tubuhnya sangat lentur. Kulit yang elastis ini memungkinkan ular
meregang dan mengembang saat menelan mangsa. Saat tubuh sedang
mengembang, antara sisik dan kulit yang terkembang tampak sangat tipis.
Lapisan epidermis kulit luar dapat kasar atau halus. Sisiknya tersusun
rapi dari yang besar sampai kecil. Sisik ini sebenarnya merupakan
“tulang kulit” yang disebut dermalcore atau osteoderm dan ada yang
tersusun tumpang tindih (overlapping).
2. Mampu melingkar dan melilit
Proses evolusi menyebabkan tulang dada dan kaki ular hanya tinggal
bekasnya saja. Sisa-sisa tulang pinggul (pelvis) dan paha (femur) pada
ular boa, ular cacing (worm snakes), dan ular phyton lebih jelas. Ular
memiliki 200—300 ruas tulang belakang (vertebrae) yang masing-masing
dilengkapi tulang iga, kecuali dua tulang leher pertama. Tulang belakang
dan tulang iga mempunyai persendian (artikulasi) yang sangat luwes.
Itulah sebabnya ular mampu melakukan gerakan melingkar, melilit,
mengembang, atau mengempis.
Otot tubuh terbagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk menggerakkan
tulang belakang dan tulang rusuk. Kontraksi otot di sebelah badan dapat
menghasilkan kontraksi bergelombang secara berurutan ke otot
berikutnya. Otot-otot antartulang rusuk dan dada dipakai untuk
pergerakan pernapasan, ikut membantu ular menelan mangsa, dan menjalar.
Otot-otot bagian kepala dan rahang dapat berkontraksi dan mengendor
(relaksasi) begitu luwesnya sehingga mampu menggerakkan tulang-tulang
kepala agar rahang dapat membuka lebar. Demikian pula kontraksi otot
yang melayani kelenjar bisa. Namun, otot yang menggerakkan bola mata
(musculus retractor bulbi) tidak ada.
3. Memiliki lidah yang panjang
Lidah yang panjang dan silindris berfiingsi sebagai indera perasa
dan peraba. Lidah dapat dijulurkan melalui noktah tengah yang berada di
bibir bawah sehingga ular mampu menjulurkan lidah tanpa harus membuka
mulut. Perilaku menjulurkan lidah inilah yang menjadi salah satu daya
tariknya.
Umumnya lidah berwarna hitam, tetapi adakalanya berwarna merah
terang atau kebiruan. Walaupun panjang dan bergerak sangat dinamis,
lidah bukan sebagai alat bantu menelan.
Sebagai indera perasa, lidah ular dipakai untuk mengenali
lingkungan baru dengan cara dijulurkan ke luar agak lama. Bila ada
makanan atau benda baru di dekatnya, ular akan menjulurkan lidah dan
menyentuhkannya berkali-kali sebelum menelan atau menolaknya. Bila
timbul rangsangan istimewa maka lidah akan dijulurkan dan bergetar.
B. Jenis yang Disukai
Yang banyak dipelihara: boa, python, ratsnake, kingsnake,
milksnake, bulhnake, pine snake, gopher snake, garter snake, rattle
snake, water snake.
Ular mempunyai temperamen yang sangat bervariasi, baik an-tara ular
sejenis maupun yang berbeda jenis. Tidak berlebihan bila dikatakan
temperamen ular sangat individual.
Memelihara ular boa dan python harus sejak dini. Ini disebabkan
walaupun dipelihara dalam kandang, tubuhnya dapat menjadi sangat besar.
Ular boa konstriktor (ular boa pembelit), bila dipelihara sejak bayi,
akan memiliki temperamen yang lembut, patuh, ramah, dan suka berteman
sehingga sangat cocok untuk hewan peliharaan. Ular python dewasa sulit
diperkirakan sifatnya dan mungkin tidak dapat dicampur dengan sesamanya
karena suka cekcok meskipun telah diperlakukan dengan baik. Ular dewasa
yang ditangkap dari habitat aslinya jangan dipelihara, kecuali boa
california yang memang sifat alaminya pemalu.
Jangan memilih jenis ular berbisa atau langka (dilindungi
undang-undang) karena sangat berbahaya. Jenis ulat berbisa antara lain
taliwangsa, bandotan, beludak, kobra, dan taipan. Sementara jenis ular
langka antara lain welang dan weling.
C. Kandang dan Perlengkapannya
Kandang yang baik:
- berdinding kuat, aman, dapat dilihat dari luar
- beratap kuat, aman
- berlantai halus, empuk, bersih
Gerakan u!ar lambat. Ia suka menggulungkan atau melingkarkan
tubuhnya serta merayap horisontal atau vertikal. Untuk itu, kandang
tidak perlu yang tuas, tetapi harus cukup tinggi.
Kandang bentuk akuarium (dari kaca atau plexiglass) cocok untuk
ular piaraan. Dengan kandang ini, keadaan lingkungannya dapat terjaga
dan pemelihara dapat menikmati ular dari luar. Sementara kandang
berdinding kawat kurang cocok untuk ular. Ini disebabkan keadaan
lingkungan belum tentu sesuai untuk ular walaupun pemelihara dapat
menikmatinya dari luar. Oleh karena suka meloloskan diri, ular dapat
terluka oleh kawat.
Atap dan lantai harus tidak bercelah. Untuk itu, jangan membuat
atap dan lantai dari kawat kasa berlubang. Sebagai bahan lantai yang
terbaik, dapat digunakan karpet berbulu halus, kertas handuk, kertas
koran pembungkus, atau kertas licin. Untuk lantai ini, jangan
sekali-kali menggunakan kayu gergajian, sekam padi, hancuran tongkol
jagung, kerikil, atau pasir karena bahan ini sulit dibersihkan dan dapat
tertelan ular.
Kandang ular perlu dilengkapi kotak persembunyian
dari papan, pohon, kayu, bebatuan. Perlengkapan ini digunakan ular untuk
memenuhi perilakunya seperti di habitat asli, yaitu bersembunyi,
memanjat, melingkar, atau kamuflase (penyamaran kulit).
Kandang perlu diberi lampu UV agar kebutuhan sinar ultraviolet
untuk sintesis vitamin D3 terpenuhi. Pemberian ini terutama pada kandang
yang tidak terkena sinar matahari atau saat mendung. Namun, suhu
kandang perlu diperhatikan agar ulat tidak kepanasan atau kedinginan.
Ular boa konstriktor dan phyton memerlukan suhu siang hari antara 28—30°
C dan malam hari antara 22—24° C. Sementara ular asli dari Amerika
menyenangi tempat dengan suhu lingkungan rata-rata 22—27° C. Lampu ini
perlu diberi berongsong agar kulit ular tidak kontak dengan lampu. Lampu
UV harus dinyalakan siang hari selama 10—12 jam. Bila mendung atau
gelap, lampu dinyalakan 12—14 jam.
Kandang pun perlu dilengkapi dengan kolam untuk berendam agar
stabilitas suhu dan kelembapan tubuh dan kandang terpelihara. Kolam
dibuat dari beton yang diplester. Luas dan dalamnya disesuaikan dengan
tubuh ular.
Kandang dan peralatannya sebaiknya disucihamakan setiap 2—4 minggu
sekali. Upaya ini sangat diperlukan agar kesehatan ular terjaga dan
penampakannya enak dipandang.
D. Makanan
Makarum ular peliharaan: makanan hewani yang bukan hewan hidup
Alat untuk memberi makan: penjepit dari kayu atau bambu
Di habitat aslinya, ular merupakan hewan pemburu mangsa. Namun,
ular peliharan tidak perlu diberi mangsa hewan hidup karena hanya akan
mencelakakan ular. Biasanya mangsa hidup akan memberi perlawanan saat
akan dimangsa. Daging, telur rebus, ikan, ayam potong yang sudah
dibersihkan bulunya, dan bahan lain dapat diberikan. Ular yang
instingnya sudah terlanjur berkembang sebagai pemburu perlu sedikit demi
sedikit diajari perilaku makannya.
Saat memberi makan, kita perlu berhati-hati karena ular yang sedang
lapar sangat berbahaya. Jangan memberi makan langsung dari genggaman
tangan. Berikan makanan dengan menggunakan penjepit dari kayu atau bambu
yang cukup panjang. Waktu pemberian makan perlu disesuaikan dengan
usia, yaitu ular muda 1—2 kali seminggu, ular dewasa 1—2 minggu sekali,
dan ular tua 3—6 minggu sekali.
E. Pemeliharaan
Tanda-tanda ular sehat:
- badan tampak kompak
- kulit dan sisik tampak mulus, mengilap, dan teratur
- Gerakan merayap bergelombang sangat berurutan
- mata jernih dan bersih
- lidah bergerak sangat luwes
1. Perilaku susah makan
Ular peliharaan sering susah makan. Memang ular bisa tahan tidak
makan dalam jangka lama. Namun, terkadang waktu tidak sangat larna.
Penyebab susah makan antara lain ular baru ditangkap, menjelang atau
menghadapi proses ganti kulit, sedang bunting, menderita obesitas,
sedang berahi, sakit, atau suhu lingkungan terganggu.
Ular yang susah makan dapat diatasi dengan pemberian makanan hidup.
Usapkan mangsa ke bagian yang sensitif ular seperti lubang hidung,
mulut, dan lidah serta lakukan gerakan seakan-akan mangsa melakukan
perlawanan. Makanan diberikan malam hari.
2. Pergantian kulit
Secara periodik ular mengalami ganti kulit yang disebut ecdysis
(shedding) sebanyak 4—8 kali setahun. Pada tahun pertama umurnya, proses
ecdysis lebih sering terjadi dan akan berkurang sesuai suhu udara,
frekuensi makan, porsi makan, dan aktivitas.
Proses ini didahului oleh masa tidak makan selama seminggu. Matanya
tampak sayu berwarna putih kobiruan karena pelindung matanya mulai
lepas. Setelah itu, kulit lamanya di kepala dirobek dengan cara
digosokkan pada benda keras atau agak kasar. Dari kepala secara
berangsung seluruh kulit lama di tubuhnya akan terlepas.
Proses ecdysis akan berlangsung cepat dan mulus kalau kondisi
tubuhnya sehat. Bila kurang sehat, akan ada banyak bagian kulit lama
yang tidak dapat terlepas sendiri sehingga dapat dibantu dengan cara
dikuliti yang terlebih dahulu dicelupkan ke dalam air hangat-hangat
kuku.
3. Problem kesehatan
Problem kesehatan pun selalu dialami ular, baik yang masih muda
maupun yang sudah tua. Problem kesehatan bagi ular ini dapat berupa
penyakit bukan karena parasit maupun penyakit karena parasit.
a. Muntah
Muntah atau regurgitasi sering dialami ular peliharaan. Penyebabnya
antara lain pemelihara terlalu cepat memindahkan ular begitu selesai
memangsa makanannya, suhu lingkungan dingin (kurang dari 23° C, atau
mengalami gangguan pencernaan. Kalau penyebabnya terlalu cepat
dipindahkan, biasanya muntahannya masih utuh dan tidak berbau. Sementara
kalau penyebabnya suhu lingkungan dan gangguan pencernaan (penyumbatan)
maka biasanya muntahannya sudah sedikit dicerna dan berbau.
Mengatasi problem tersebut dapat dengan membiarkan ular tenang
setelah makan, memberikan kehangatan pada kandang, atau berkonsultasi
dengan dokter hewan.
b. Susah buang air besar
Sulit buang air besar (konstipasi) pada ular disebabkan oleh
kebiasaan menelan mangsa secara utuh atau suhu lingkungan yang menurun.
Mangsa utuh memiliki bahan yang sulit dicerna seperti bulu, kulit, atau
tulang sehingga dapat menyumbat usus.
Untuk mengatasinya, ular dicelupkan dalam air hangat 20—30 menit
sehari selama 1—2 hari. Bila disebabkan oleh mangsanya, upaya
pertolongannya dapat dikonsultasikan dengan dokter hewan.
c. Batu dalam kloaka
Dehidrasi ini dapat menyebabkan air kencing mengering yang
adakalanya meninggalkan endapan berupa batu asam urat dalam kloaka.
Mengatasi hal ini hanya dapat dilakukan oleh dokter hewan.
d. Prolapsus kloaka
Prolapsus kloaka merupakan kloaka yang menyembul ke luar.
Penyebabnya antara lain ular sering mengejan, serangan parasit, batu
dalam kloaka, atau telurnya besar dan banyak saat bertelur. Untuk
mengatasinya sebaiknya Anda perlu berkonsultasi dengan dokter hewan.
e. Luka bakar
Luka bakar terjadi karena ular menyentuh lampu pemanas. Untuk itu
suhu lingkungan harus tetap stabil antara 23—28° C. Alat pemanasnya
harus diberongsong dengan bahan yang bukan penghantar panas. Luka
diobati dengan Betadine skin lotion 1% dan suntikan antibiotika
Ampicilin (20 mg/kg) atau Enrofloxacin (5 mg/kg). Suntikan diberikan
sehari sekali selama 5—7 hari berturut-turut.
f. Luka lecet
Luka lecet (vulnus) sering terdapat pada sekitar mata dan mulut
ular. Luka-luka ini timbul karena perlawanan mangsa hidup atau bahan
kandang yang kasar dan tajam. Luka dapat dicuci dengan larutan
antibotika Rivanol atau Betadin skin lotion 1%. Setelah dibersihkan,
dioleskan salep berupa campuran antibiotika dan sulfa.
g. Tumor dan kanker
Ular dapat menderita tumor yang merupakan pertumbuhan tidak normal
dari sel-sel tertentu, tetapi jinak. Sementara tumor ganas disebut
kanker. Adanya tumor atau kanker hanya dapat diketahui saat autopsi ular
mati. Kanker pada ular umumnya kanker organ dalam dan kanker darah,
Hingga saat ini, obatnya belum ada.
h. Mulut busuk
Luka dalam mulut dapat menyebabkan mulut busuk karena merupakan
pintu masuk kuman pembusuk. Gejalanya ialah keluar air liur serta gigi,
gusi, dan bibir menjadi merah hingga berdarah. Bila tidak diobati, di
sekitar pangkal gigi terbentuk nanah yang akan menyebabkan tanggalnya
gigi.
Diagnosis dan pengobatannya hanya dapat dilakukan oleh dokter
hewan. Pengobatan tersebut dimulai dengan pemberian suntikan vitamin A, B
kompleks, dan C serta antibiotika. Selain itu, luka dapat diolesi
antibiotika atau antiseptika. Pemberian makanan cair buatan atau bubur
bayi pun perlu dilakukan melalui selang karet (ukuran 20—50 ml) ke dalam
mulutnya.
i. Penyakit mata
Infeksi mata ringan diobati dengan asam borik, lalu ditetesi obat
mata atau salep yang mengandung antiinflamasi (Prednison) atau
antibiotika (Neomisin, Chloramfenikol, Tetrasiklin). Pemberiannya tiga
kali sehari 2—3 tetes selama 5—7 hari. Sementara infeksi berat perlu
diberi suntikan antibiotika seperti Ampisilin (20—50 mg/kg), Amikacine
(5 mg/kg setiap 72 jam), Piperacillin (100 mg/kg setiap 48 jam), atau
Baytril (5 mg/kg selama 5 hari). Ular pun perlu suntikan vitamin A
(2.000 IU), B kompleks (50 mg), dan C (20 mg) setiap minggu.
j. Penyakit virus
Virus dapat menyerang alat pernapasan, pencernaan, reproduksi, dan
susunan saraf. Virus yang sering menyerang ular ialah virus encephalitis
(menyerang saraf otak). Pencegahannya hanya dapat dilakukan melalui
karantina ular yang sakit. Ini disebabkan penyakit ini belum ada vaksin
maupun obatnya.
k. Penyakit jamur
Jamur yang menyerang tubuh bagian luar disebut dermatomycosis,
sedangkan jaringan dalam tubuh disebut systemic mycosis. Jamur yang
menyerang kulit antara lain Aspergillus (Paecilomyces) dan Trichophyton.
Sementara jamur yang menyerang organ dalam antara lain Aspergillus,
Candida, dan Mucor.
Upaya penyembuhannya sangat sulit dan memerlukan waktu lama. Obat
yang dapat dipakai sebagai obat luar seperti iodium tinctur 2%, larutan
Povidone, larutan Lugol, Ketoconazol, atau Itraconazol. Adapun obat
suntikan adalah Amphotericine B.
1. Amoebiasis
Amoebiasis merupakan penyakit menular yang menyebabkan kerusakan
dinding usus dan hati. Penyebabnya ialah protozoa amoeba. Gejalanya
antara lain nafsu makan hilang serta feses berlendir, berdarah, dan
berbau busuk. Diagnosis hanya dapat dilakukan di laboratorium kehewanan.
Penyakit ini dicegah dengan menjaga kebersihan kandang dan
peralatan. Pengobatannya dengan preparat sulfa seperti Sulfaquinoxyline
(75 mg/kg) yang diberikan melalui selang karet ke mulut atau dengan
Sulfamethoxydiazone (40—80 mg/kg) yang disuntikkan sekali sehari selama
4—5 hari. Selain itu, dapat digunakan kombinasi Trimchoprim dan
Sulfadiazine (30 mg/kg) melalui mulut.
E. Membiakkan Ular
Yang perlu diperhatikan:
- jenis kelamin ular sulit ditentukan
- ular dapat melahirkan anak ataupun menetaskan telur tergantung jenisnya
Bentuk, ukuran, warna, dan sebagainya dari ular tidak berbeda
sehingga sulit menentukan jantan dan betinannya. Hal ini hanya dapat
ditentukan oleh orang yang sudah ahli dan berpengalaman. Untuk keperluan
ini, gunakan tongkat kayu kecil yang tumpul dengan cara ditekankan ke
bagian kloaka ular yang panjangnya kurang dari 45 cm. Bila ada tonjolan
di dalamnya maka ular tersebut berkelamin jantan. Tonjolan ini merupakan
penis (alat kelamin jantan). Walaupun demikian, ada beberapa jenis ular
yang betinanya pun mempunyai tonjolan walaupun berukuran kecil.
Sementara ular yang panjangnya lebih dari 45 cm dapat dilakukan dengan
penyusupan tongkat halus dan licin ke dalam kloaka yang diarahkan ke
arah ekor. Tongkat tersebut akan masuk lebih pada kloaka jantan
dibanding betina.
Jenis ular yang melahirkan anak (ovovivipar) antara lain boa
konstriktor, garter, dan rattle. Sementara jenis ular yang bertelur
(ovipar) antara lain phyton dan ular tikus. Bentuk telur umumnya lonjong
panjang dan seakan berbulu seperti buah kiwi. Telur akan menetas
menjadi anak ular setelah dierami 60 hari. Baik ular ovovivipar maupun
ovipar, anak-anaknya dapat hidup sendiri tanpa asuhan induknya.
Telur-telur ular dapat ditetaskan secara buatan dengan mesin
penetas telur (inkubator). Inkubator yang digunakan untuk ular tidaklah
sama seperti untuk unggas. Inkubator ular berupa kotak kayu berlampu
listrik. Suhu kotak dipcrtahankan antara 25—27° C dan kelembapannya
75—85%. Agar diketahui suhunya, kotak perlu dilengkapi dengan
termometer. Adapun kelembapannya dapat dipenuhi dengan cara pemberian
spons atau handuk yang selalu basah.
Setelah kotak inkobator disiapkan, telur dapat diletakkan secara
hati-hati di atas hancuran kertas koran. Perlu diingat, suhu dan
kelembapan kotak inkubator harus terus dikontrol hingga saat menetas.
Kelembapan terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur atau kapang
sehingga dapat membunuh telur. Sementara suhu terlalu tinggi dengan
kelembapan rendah akan menyebabkan telur menjadi kering dan embrio di
dalamnya mati.
(Sumber: doveindonesia.wordpress.com)
Pembahasan tentang: budidaya ular, cara merawat ular, cara beternak ular, cara memelihara ular, budidaya ular phyton, kandang ular yang baik, cara budidaya ular, ternak ular kobra, budidaya uler kandang, ular boa, cara membuat kandang ular, ternak ular, memelihara ular, cara memelihara ular phyton, merawat ular, makanan anak ular, cara menetaskan telur ular, ternak ular cobra, tips merawat ular, ternak ular phyton, cara beternak ular phyton, membuat kandang ular, memeliharaular, cara ternak ular boa, cara berternak ular, artikel cara ternak ular, makanan anak ular cobra, masa bunting ular, budi daya ular, cara breeding ular boa, Ular Karpet, pakan anak ular, budidaya ular piton, peternakan ular phyton
Tidak ada komentar:
Posting Komentar